Kamis, 08 Februari 2018

Perawatan Saluran Akar Gigi (PSA) Ternyata Tidak Menakutkan

Sakit gigi memang sangat tidak mengenakkan. Tentu kalian semua sepakat, bukan? Beberapa waktu lalu saya sudah menjalani PSA alias Perawatan Saluran Akar Gigi, untuk gigi geraham bawah. Untungnya cukup satu gigi. Ada yang mengatakan perlu 6 kali kunjungan sampai gigi benar-benar pulih, ada juga yang mengatakan cukup 4 kali kunjungan. Tapi untuk kasus saya ternyata hanya dibutuhkan 3 kali kunjungan saja.

Berikut langkah-langkah yang saya jalani untuk PSA dengan menggunakan BPJS, tidak dipungut biaya sepeserpun, namun jika memilih jalur umum maka untuk sekali perawatan bisa mencapai Rp. 500.000.,:

1. Mengurus surat rujukan di Faskes 1, Faskes 1 saya di Puskesmas Gondokusuman 2 Yogyakarta. Datanglah pagi hari karena pendaftaran pasien ditutup setelah jam 12 siang. Dokter akan memeriksa terlebih dahulu gigi Anda. Pertama kali kunjungan surat rujukan tidak bisa diberikan karena gigi geraham saya sedang radang. Sehingga dokter memberikan obat antibiotik untuk menghilangkan radangnya, dan minggu depannya di minta kontrol kembali. Tetapi karena satu dan lain hal obat sudah habis gigi tidak begitu sakit, saya baru kembali sekitar sebulan kemudian. 

2. Pada kunjungan kedua, saya mengantri agak lama. Dokter memeriksa kembali gigi saya dan kunjungan kedua ini saya meminta langsung surat rujukan karena pada saat itu dokter kembali ingin memberikan saya obat, namun saya menolak dengan alasan gigi saya sudah tidak begitu sakit. Dokter pun akhirnya berkenan memberikan surat rujukan ditujukan ke Rumah Sakit Panti Rapih. 

3. Tanpa membuang waktu, saya langsung ke Panti Rapih untuk mendaftarkan diri, dan mendapatkan jadwal untuk minggu depannya. Kita akan di rujuk ke Spesialis Konservasi Gigi, kalau di Panti Rapih nama dokternya, drg. Krisnovianto, Sp.KG. Beliau termasuk dokter yang sangat ramah dan memberikan pelayanannya dengan sangat baik dan dengan senang hati menjawab pertanyaan pasien. Saya sangat merekomendasikan dokter yang satu ini. Karena saat itu saya sempat mengajukan beberapa pertanyaan dan beliau dengan ramah menjelaskan. 

4. KUNJUNGAN PERTAMA PSA: 
Saat kunjungan pertama ini, saya sudah membawa hasil ronsen gigi yang memang saya sudah punya karena beberapa waktu lalu sudah ronsen di Pramita, sehingga di kunjungan pertama ini dokter langsung melakukan tindakan. Apabila teman-teman belum memiliki ronsen gigi, kemungkinan besar dokter akan meminta Anda untuk ke bagian radiologi guna me-ronsen gigi Anda terlebih dahulu. 
Untuk tindakan pertama ini, gigi akan dibersihkan sampai steril, lalu dokter akan memasukkan alat seperti jarum kedalam saluran akar gigi. Seingat saya ada 4 atau 5 jarum yang dimasukkan, dan ada 2 saluran yang sangat sakit ketika dimasukkan jarum tersebut. Saluran yang sakit inilah pertanda bawah akarnya bermasalah. Saat itu saya menahan sakitnya dengan menarik nafas panjang lalu dikeluarkan lewat mulut sesuai perintah dokter saat itu. 
Setelah jarum dimasukkan, dokter lalu menyuntikkan semacam cairan kedalam gigi, pikir saya mungkin cairan obat. Lalu, dokter menambal sementara gigi saya. Saya di minta untuk tidak makan selama 1 jam. Tidak ada obat yang harus diminum, tidak ada juga pantangan minum atau makanan apapun. Dokter hanya berpesan jangan sampai tambalannya lepas. 
Ooh ya, gigi Anda akan terasa nyut-nyutan atas bawah karena efek obatnya sekitar 2 hari setelah itu nyut-nyutannya tidak terasa lagi. Setelah selesai saya langsung ke bagian pendaftaran untuk daftar kunjungan di minggu berikutnya. 

5. KUNJUNGAN KEDUA PSA:
Kunjungan kedua ini saya sudah sangat khawatir jangan-jangan akan sesakit kunjungan pertama. Bahkan saya sudah persiapkan mental. Seperti biasa dokter menyapa hangat saya "Halo Tifa"
"Halo dok" jawabku. 
Aku duduk di kursi tindakan, dokter lalu membuka tambalan. Ternyata dugaan saya salah, gigi yang awalnya sangat sakit ketika di tekan, pada kunjungan kedua sudah tidak sakit sama sekali. Dokter melakukan tindakan dengan menekan-nekan gigi saya, mohon maaf tapi saya agak lupa pada kunjungan kedua ini dokter melakukan apa, tapi yang pasti gigi saya sama sekali tidak terasa sakit. Tapi karena efek obat, gigi akan nyut-nyuttan 1 atau 2 hari setelah itu tidak sakit sama sekali.

6. KUNJUNGAN KETIGA PSA:
Kunjungan terakhir, dan saya terjadwal pada malam hari sekitar pukul 7 saya sampai di Panti Rapih ditemani adik saya. Sempat menunggu 20 menitan, karena nomor antrian saya sudah terlewat, pas saya datang sudah antrian nomor 16 sedangkan saya di nomor 12. 
Perawat akhirnya memanggil nama saya. Seperti biaya dokter menyapa hangat saya dengan panggilan Tifa. Btw nama saya Tiffany. Hehe. 
Dokter lalu membuka tambalan, dan menyemprot gigi saya, lalu menambal permanen gigi saya. Cukup 15 menitan saja tindakannya. Tak lupa sebelum pulang saya ucapkan terima kasih banyak ke Pak Dokter dan beliau berpesan: "Tifa, jangan dibolongin lagi ya gigiya". Saya tertawa lalu menjawab: "Siap laksanakan dok". Salam cium tangan, lalu pulang. 
Perawatan saluran akar pun selesai. Alhamdulillah sekarang saya sudah bisa menguyah makanan dengan bebas, aman, nyaman, tanpa rasa sakit apapun. 

Bagi teman-teman yang giginya sudah di diagnosa perlu PSA, sesegera mungkin dilakukan, sebelum gigi kalian malah tambah parah.
Untuk pasien BPJS, seperti biasa sebelum menuju poli giginya kita mengharuskan mengurus surat BPJS di loket BPJS di rumah sakit terlebih dahulu, 2 jam sebelum jadwal konsultasi dokter. 

Semoga informasi ini bermanfaat.

Minggu, 09 Juli 2017

Perpanjangan SIM di Kota Yogyakarta

Surat Izin Mengemudi (SIM) merupakan kewajiban yang harus dimiliki pengendara motor SIM C atau mobil SIM A. Masa berlaku SIM adalah selama lima tahun, dan biasanya tanggal habis sesuai dengan tanggal kelahiran kita. Terkadang tak sedikit dari kita yang terlambat menyadari tanggal kadaluarsa SIM kita. Nah jika itu menimpa teman-teman, maka terlambat sehari atau setahun tetap saja sama-sama membuat SIM baru lagi. Artinya, temen-temen akan mengulang tes praktek dan tes tertulis di Polresta Samsat setempat. Apalagi ada humor beredar banyak dari mereka yang sampai mengulang berulang-ulang kali dikarenakan tidak lulus tes praktek maupun tertulis. Sehingga jalan pintas ditempuh yang sering kita sebut "SIM Tembak". Saat ini "SIM Tembak" kabarnya mencapai nominal 500 ribu rupiah. Wah betul-betul menguras isi dompet.
Nah untuk menghindari hal tersebut ada baiknya kita cek dengan teliti kapan tanggal habis SIM kita, karena untuk memperpanjang SIM sudah bisa dilakukan max 6 bulan sebelum masa habis.

Beberapa waktu lalu saya mengurus perpanjangan SIM yang akan habis sekitar seminggu lagi. Perpanjangan SIM yang saya kira akan mudah dan cepat ternyata di luar dugaan saya. Sebelum libur lebaran saya berencana memperpanjang SIM C saya. Setelah mencoba googling, saya putuskan untuk memilih perpanjang SIM di SIM Corner.

Di Yogyakarta ada dua tempat yang disediakan untuk SIM Corner:
1. Di Ramai Mall yang terletak di lantai 3, Ramai Mall berlokasi di Jalan Malioboro dan SIM Corner beroperasi mulai pukul 10.00 WIB.
2. Di Jogja City Mall Lantai 4, buka sekitar pukul 10.00 berlokasi di Jalan Magelang.

Namun sayangnya, kita harus datang sepagi mungkin. Waktu itu saya datang pukul 8 ke Ramai Mall, bapak-bapak dan ibu-ibu semua antri di depan pintu masuk, padahal Ramai Mall masih tutup.
Permasalahan yang harus kita hadapi ketika memilih perpanjang SIM di SIM Corner adalah batas kuotanya. Karena hanya ada 50 kuota alias formulir yang disediakan setiap harinya. Terlambat datang sudah pasti kita kehabisan formulir.

Adapun persyaratan yang harus dibawa:
a. KTP dan SIM asli
b. Fotokopi KTP 2 lembar
c. Fotokopi SIM 2 lembar
d. Surat Sehat Jasmani Asli
e. Fotokopi Surat Sehat Jasmani 2 lembar
Berkas-berkas tersebut masukkan kedalam map.

Menurut pengalaman saya yang sudah 3 kali gagal perpanjang SIM di SIM Corner karena kehabisan formulir dan terkesan tidak manusiawi karena kita terpaksa dorong-dorongan untuk dapatkan formulir. Sehingga pilihan yang paling rasional adalah langsung datang ke Polresta Samsat Kota Yogyakarta. Lokasinya di jalan tempat pusat oleh-oleh Bakpia Pathuk, deket Malioboro.

Jika ingin cepat selesai datanglah lebih pagi. Saya datang sekitar pukul 07.00, dan mengantri dahulu di Praktek Dokter yang berlokasi persis di depan Samsat (memang sudah diarahkan oleh Samsatnya untuk urus surat sehat disitu). Saya menunggu sekitar 20 menitan, biaya yang dikenakan Rp. 25.000. Usahakan bawa uang pas soalnya kembalian uangnya rada ribet.

Setelah selesai dari praktek dokter, langsung menuju Polresta.
Polresta baru buka pukul 09.00 pagi. Saya menunggu sekitar 15 menitan.
Di Polresta lebih teratur dan tidak dorong-dorongan. Formulir dibagikan langsung oleh petugas kepolisian sesuai urutan masuk.
Pembayaran dilakukan langsung disana, di loket yang sudah disediakan. Pihak kepolisian bekerja sama dengan BRI karena loketnya Bank BRI. Biaya yang perlu dikeluarkan sebesar Rp. 75.000.
Setelah pembayaran selesai dilakukan, kita akan diarahkan menuju ruang foto.
Tak perlu menunggu lama, nama saya dipanggil untuk di foto, kemudian petugas memastikan kembali data-data saya sudah benar atau belum, seperti alamat, nama, tanggal lahir, pekerjaan.
Setelah itu kita menuju ruang sebelahnya untuk mengambil SIM C yang baru.
Sekitar pukul 09.30 semua urusan sudah selesai.

Jika temen-temen ber-KTP Kabupaten Sleman, maka tidak masalah untuk urus perpanjangan SIM atau buat SIM baru di Polresta Kota Yogyakarta. Begitupun jika ber-KTP di luar Yogyakarta sudah bisa dilakukan di Polresta Yogyakarta karena sudah dengan sistem online. Namun, alangkah baiknya ditanyakan terlebih dahulu, karena walaupun sudah sistem online kabarnya ada beberapa daerah yang belum terkoneksi. Total biaya keseluruhan perpanjangan SIM C adalah Rp. 100.000 ditambah uang parkir 2000 perak.

Sebenarnya ada cara lain yang bisa ditempuh untuk perpanjang SIM yakni dengan menggunakan jasa SIM Bis Keliling yang sudah ditentukan lokasinya tiap harinya. Yang saya tahu untuk setiap hari Rabu SIM Keliling beroperasi di Halaman Kantor Kecamatan Godean. Namun hari itu saya mencoba perpanjang di sana, tapi sayangnya hingga pukul 11.00 siang Bis SIM kelilingnya tidak juga datang. Hal ini juga harus menjadi catatan bagi temen-temen, jangan sampai kita sudah menunggu lama namun SIM kelilingnya malah libur. Untuk amannya memang lebih baik ke Polresta langsung saja yang sudah jelas beroperasi tiap hari Senin hingga Jumat dari pukul 09.00 pagi hingga pukul 12.00 siang.









Jumat, 26 Mei 2017

Gebuk Jokowi Untuk Siapa?


Jokowi Mau Gebuk Siapa?[1]
Email: tiffany.pratiwi@staff.uty.ac.id

Belakangan ini situasi perpolitikan Indonesia sedang memanas. Salah satunya penyebabnya dari maraknya provokasi berbau intoleransi sebagai dampak panasnya Pilkada DKI tahun ini. Argumen tersebut tentu mendapatkan porsi paling besar dari sekian penyebab yang ada, dikarenakan perhatian masyarakat begitu tinggi. Isu-isu berbau intoleransi dan radikalisme tak ayal memberikan dampak besar terhadap isu-isu yang berkaitan. Seperti: isu nasionalisme, anti-Pancasila, isu penistaan agama dan isu minoritas-mayoritas. Situasi ini tak luput membuat risau banyak kalangan, terlebih-lebih bagi Presiden Jokowi, walaupun beliau selalu menegaskan untuk menyerahkan kasus-kasus seperti kasus penistaan agama Surah Al-Maidah, kasus makar, kasus penghinaan terhadap Pancasila ke ranah hukum dan tidak akan mengintervensinya. Ditengah gempuran yang hebat terhadap pemerintahan yang ia jalankan, Jokowi masih tetap mengedepankan komunikasi politik yang tenang dan santai yang memang menjadi ciri khasnya. Namun, sikap santai yang biasa ditunjukkan Jokowi ternyata bisa berubah drastis.
Baru-baru ini timbul istilah “Gebuk” yang dilontarkan langsung dari Jokowi dalam kunjungannya ke latihan tempur Pasukan Pemukul Reaksi Cepat TNI, Natuna, Kepulauan Riau. Kata “Gebuk” berasal dari bahasa Jawa yang berarti memukul. Maraknya isu ormas yang anti-Pancasila, termasuk soal fitnah sekelompok orang terhadap dugaan keterlibatan keluarga Jokowi dengan PKI membuat Jokowi akhirnya melontarkan kata tersebut. Sangat jelas perkataan Jokowi tersebut mengandung isyarat bahwa Jokowi ingin menunjukkan ia sosok yang santai tapi jangan coba-coba “menyentil”nya atau akan kena gebuk.
Sebenarnya kata “Gebuk” sendiri bukanlah hal baru dalam komunikasi politik Indonesia. Penggunaan kata ini sudah cukup familiar di zaman Suharto. Akan tetapi ketika di masa Suharto kata “Gebuk” memiliki makna yang jelas berbeda dengan yang Jokowi maksud saat ini. Dulu kita otoriter, sekarang sudah demokratis. Tapi sekalipun demikian tujuan penggunaan kata tersebut sangat berpotensi blunder karena sangat multitafsir dan cenderung tidak begitu cocok dipakai Jokowi untuk menangani situasi politik saat ini dengan sistem demokrasi yang kita jalani sekarang. Karena kata “Gebuk” dihubung-hubungkan dengan zaman Suharto dulu, maka tidak mustahil reaksi masyarakat akan beragam dan sangat rawan. Maksud hati ingin menyelesaikan masalah, malah bisa nambah masalah.
Hal yang juga menjadi penting ketika Jokowi menggunakan kata “Gebuk” dalam melawan “musuh” politiknya ialah sasaran yang Jokowi tuju untuk digebuk itu siapa. Pertanyaan ini pasti juga ditanyakan banyak pihak untuk siapa ancaman “Gebuk Jokowi”. Mungkinkah “Gebuk Jokowi” tidak berlaku bagi mereka yang dari partai pengusung, kelompok kepentingan tertentu yang berafiliasi dengan pemerintah, atau bahkan kelas menengah para pebisnis dan investor hingga kolega politiknya. Hal ini patut menjadi pertanyaan besar karena Jokowi cenderung hanya menyinggung ormas tertentu yang kena “Gebuk Jokowi” jika masih merongrong nilai-nilai kebangsaan dan UUD 1945.  
Permasalahan ketidakpastian sasaran dari “Gebuk Jokowi” sangat mungkin disebabkan karena emosi sesaat Jokowi ketika melontarkan kata tersebut. Pada kenyataannya ormas-ormas yang dimaksud Jokowi untuk digebuk sendiri belum jelas. Apakah yang dimaksud adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang belakangan disinyalir menjadi ormas yang anti-Pancasila. Padahal KH. Ma’ruf Amin selaku Ketua Umum MUI memberikan komentar bahwa ormas Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bukan ormas yang sesat atau menyimpang. Lagipula, pemerintah tidak bisa sembarangan membubarkan HTI, karena harus melewati prosedur hukum di pengadilan terlebih dahulu.
Sangat disayangkan apabila “Gebuk Jokowi” hanya berdampak untuk beberapa hari saja, setelah itu tidak ada kelanjutannya. Hal ini bisa menjadi kritik yang beralasan mengingat persoalan yang ditimbulkan daripada efek domino Pilkada DKI masih sangat mengkhawatirkan. Jangan sampai pernyataan Jokowi yang dibesar-besarkan lewat media nasional hanya sebatas headline saja tanpa ada perubahan berarti. Jangan sampai “Gebuk Jokowi” malah membuat masyarakat berpikir Jokowi hanya bisa gertak saja tapi tidak ada tindakan nyata. Jangan sampai emosi Jokowi ini malah dimanfaatkan sekelompok orang untuk mencari-cari kesalahan Jokowi atau lebih parahnya lagi menyudutkan Jokowi sebagai pemimpin yang represif karena pakai kata “Gebuk” yang dulunya populer di zaman Suharto.












[1] Ditulis oleh Tiffany Setyo Pratiwi, Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Teknologi Yogyakarta, tulisan ini ditulis untuk kolom opini di Koran Kedaulatan Rakyat (KR)

Sabtu, 13 Mei 2017

Tes Apa Saja Untuk Melamar Menjadi Seorang Dosen?

Bagi kalian yang sudah kelar studi masternya, tentu tidak sedikit yang ingin berkarir di bidang akademis, dan salah satunya menjadi seorang dosen. Termasuk saya, saya memilih untuk mengabdikan diri di dunia akademis dengan mencoba peruntungan melamar pekerjaan sebagai dosen.
Mungkin kalian yang memang sudah berniat menjadi dosen, ada baiknya mencoba dulu sebagai asisten dosen. Hal ini berguna juga sebagai pendukung CV kita sebagai bagian syarat administrasi.

Lalu apa saja tes atau tahapan menjadi seorang dosen?
Pada dasarnya tes yang diselenggarakan tentunya bergantung pada kampus sebagai pelaksana. Tapi berdasarkan pengalaman saya, ada 4 tahapan tes yang dilalui, yaitu:

a. Seleksi Administrasi
Pada tahap ini berkas-berkas yang dipersyaratkan biasanya fotokopi ijazah yang telah dilegalisir dan transkrip nilai S1 dan S2, KTP, CV, foto berwarna 3x4, dan sertifikat pendukung. Namun, pengalaman saya memang tidak ada kewajiban melengkapi syarat seperti surat keterangan bebas narkoba, keterangan sehat jasmani dan rohani, SKCK. Namun tetap saya lengkapi, selangkap-lengkapnya. Jika ada sertifikat toefl juga bisa dilampirkan. Rekomendasi dosen pembimbing juga diminta, namun unutk syarat yang ini memang pihak kampus yang mensyaratkan, setidaknya 3 rekomendasi. Setelah semua syarat dirasa sudah lengkap biasanya pihak kampus memberikan pilihan mengirimkan berkas langsung (hardcopy) via pos atau bisa diantar langsung atau melalui e-mail. Jika melalui e-mail, pastikan untuk mengkonfirmasi ke pihak kampus bahwa berkas kita sudah masuk, ini mengantisipasi email tidak masuk ke spam atau malah tidak terkirim. Setelah tahap ini dinyatakan lolos, maka akan berlanjut ke tahap berikutnya. Kalau pengalaman saya kemarin sekitar 1 bulan menunggu lolos administrasi. Memang cukup lama. Biasanya pengumumannya langsung dikirim ke e-mail kita dan dimuat di web kampus tersebut.

b. Seleksi Psikotes
Tes yang satu ini tidak memerlukan persyaratan berkas apapun, yang penting adalah latihan dan kita harus sarapan dulu. Karena tes psikotes sendiri terdiri dari banyak tes, yang menguras tenaga pikiran dan sangat melelahkan. Berdasarkan pengalaman saya, tes ini ada yang diminta menjawab sekitar 250  pertanyaan, kemudian ada tes pauli, tes menggambar orang dan pohon, kemudian tes wartegg. Jadi teman-teman harus sering-sering berlatih. Untuk tes psikotes ini, jangan lupa bawa perlengkapan pensil dan penghapus ya. Tentunya berdoa sebelum melakukan apapun. Agar lancar ketika menjalani tes.

c. Tes Microteaching
Pengalaman saya kemarin, hasil lolos atau tidaknya tes psikotes memakan waktu hampir 1 bulan lebih. Cukup lama memang karena mengingat tes yang dijalani juga banyak, mungkin ngoreksinya jadi makan waktu juga. Setelah dinyatakan lolos, maka berlanjut lagi ke tahapan tes ketiga yakni microteaching. Microteaching sendiri adalah tes mengajar materi sesuai ilmu kita dengan waktu yang relatif singkat sekitar 15 menitan dan hanya ada 3 dosen penguji yang akan berpura-pura sebagai mahasiswa.
Berdasarkan pengalaman saya, tidak ada tema khusus yang ditentukan dari pihak kampus untuk materi microteaching. Sehingga dibebaskan tema apa saja namun tetap sesuai prodi tujuan.
Saran saya sangat terbantu sekali ketika kita juga menggunakan PPT pada saat microteaching.
Pemilihan materi yang akan disampaikan juga harus padat dan jelas, mengingat hanya ada waktu sekitar 15 menitan. Persiapkan semaksimal mungkin materi yang akan disampaikan.
Pada akhir microteaching, dosen tersebut akan mengajukan pertanyaan, namun bukan mengenai materi kita, melainkan strategi kita dalam mengajar, background pendidikan kita, dan fokus kajian kita.

d. Tes wawancara
Pengumuman dari tes microeaching tidak begitu alam lebih kurang 2 minggu. Setelah dinyatakan lolos, maka tahap terakhir adalah tes wawancara dengan rektor. Tapi pengalaman saya kemarin, wakil rektor yang mengetes. Pada tahap akhir ini, persiapan saya begitu matang dengan mengira-ngira apa yang mungkin ditanyakan. Namun pada saat hari pelaksanaan tes, yang ditanyakan lebih kepada background oendidikan kita, linear atau tidak, identitas kita, tema tesis kita. Bukan pertanyaan berat seperti: Mengapa memilih menjadi dosen atau apa kelebihan Anda. Walaupun mungkin teman-teman harus tetap mengantisipasi jawabannya. Namun ketika kemairn tes wawancara, saya ditanyakan tentang gaji dosen yang kecil. Saya sudah jauh-jauh hari menyiapkan jawabannya sehingga dengan tenang saya lancar menjawabnya.
Di tahap ini saya diwawancarai sekitar 10 menitan. Pengumumannya cepat, tidak seperti tahapan-tahapan yang sebelumnya, sekitar seminggu hasilnya keluar. Alhamdulillah saya lolos diterima menjadi dosen tetap di universitas di Yogyakarta.

Bagi teman-teman yang lagi mempersiapkan tes dosen, semoga lancar dan selalu berdoa yaa.
Sering bertanya kepada orang yang sudah pernah tes dosen, kalau saya kemarin sering bertanya pada dosen yang saya asdosin. Saya juga baca-baca blog orang yang nge-share pengalamannya jalanin tes dosen. Sehingga kita juga ada gambaran untuk tes yang kita jalanin.

Good Luck ^^

Serba-serbi Operasi Gigi Geraham Bungsu Menggunakan Jasa BPJS

Hampir berminggu-minggu sakit nyu-nyutan di gigi bungsuku tak kunjung hilang. Gigi bungsuku tumbuh miring (bahasa kedokterannya: Impacted Teeth). Minum obat tapi sakit kambuh kembali. Lalu aku periksakan ke dokter gigi di rumah sakit Sardjito Yogyakarta tanpa BPJS jadi jalur umum. Dokter bilang harus segera di operasi. Namun karena masih sakit dan radang jadi dengan dokternya dikasih penghilang rasa sakit untuk saraf giginya, kalau gak salah di tambal ARSEN begitu, sementara saja. Sakitnya pun mulai berkurang.

Minggu depannya diharuskan kembali lagi, tapi karena satu dan lain hal, 2 minggu kemudian aku baru kembali dalam keadaan gigi yang sakit lagi. Dokter pun gagal untuk operasi lagi.
Tapi kunjungan kedua ini pun tanpa BPJS, Dokter menyarankanku untuk mengurus BPJS saja karena biaya yang cukup mahal.

Singkat cerita, setelah aku mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS dengan mengambil Kelas 2 dan dikenakan biaya perbulan sebesar Rp. 51.000 lalu aku mulai mengurus surat rujukan di Puskesmas Gondokusuman. Prosedur di puskesmas tidaklah ribet asalkan kita sabar untuk menunggu sampai nomor antrian dipanggil. Surat rujukan berlaku 1 bulan. Dari puskesmas, aku dirujuk ke Rumah Sakit Panti Rapih, tidak bisa ke Sardjito karena alasannya rujukan haruslah berjenjang, Sardjito adalah RS tipe A, dan Panti Rapih termasuk tipe B. Sehingga aku dirujuk dulu ke RS yang bertipe B, jika di Panti Rapih tidak sanggup menangani barulah di rujuk ke tipe A yakni Sardjito. Begitulah kira-kira alurnya.

Surat rujukan yang aku dapatkan tadi langsung aku teruskan ke RS Panti Rapih. Jadwal ketemu dokter sudah aku dapatkan, namun karena saat itu aku sedang sibuk-sibuknya mengikuti seleksi penerimaan dosen, alhasil tertunda lagi. Kondisi gigi bungsuku saat itu tidak begitu sakit walaupun berlubang besar.

Namun, karena kubiarkan saja ternyata sakit yang luar biasa kualami kembali. Berkumur air garam, air hangat, dikompres, sama sekali tidak membantu. Diwaktu-waktu ini memang sangat menderita, tidur terganggu, makan tidak enak, dan gampang marah jadinya. Efek sakit gigi memang luar biasa!

Singkat cerita, aku urus lagi surat rujukan ke puskesmas karena yang kemarin sudah hangus, dan sampai tiba di jadwal ketemu dokter, saat itu mulutku tidak bisa dibuka, hanya bisa masuk 1 jari saja, sakitnya luar biasa. Di Panti Rapih, aku sengaja datang lebih pagi untuk ngantri di loket BPJS, lalu selesai urusan di BPJS, aku segera ke klinik gigi bedah mulut dengan Drg. Agus Sri. Dokter pun tidak bisa mengoperasi gigi bungsuku karena radang dan aku harus minum antibiotik dahulu selama 1 minggu. Setelah minum obat 3 hari saja, mulutku sudah mulai bisa terbuka.

Minggu depannya aku kembali, dan sangat berharap gigi ini bisa segera dieksekusi. Karena aku menggunakan BPJS, maka aku harus antri lagi di loket BPJS sebelum ke ruang dokter. Memang alurnya seperti itu, tapi bagiku itu tidak masalah, karena aku hanya harus menunggu antrian saja sedangkan benefit yang aku rasakan jauh lebih besar.

Syukur Alhamdulillah dokter bilang gigiku bisa dioperasi. Namun, ada kejadian yang agak lucu, sebelum di operasi, perawat mengecek tensi dan denyut nadiku. Ternyata denyut nadiku saat itu sangat tinggi di angka 125. Sedangkan untuk menjalani operasi dokter bilang nadinya setidaknya dibawah 100, jika bisa 70. Mungkin karena faktor nerveous, deg-degan. Sehingga aku diminta keluar dulu selama 30 menitan untuk menurunkan denyut nadiku tadi. Saranku bawalah keluarga, teman dekat untuk menemani karena itu sangat membantu kita.

Setelah 30 menitan, nadiku di cek kembali dan syukurlah turun menjadi 80. Operasi pun segera dilaksanakan. Dokter menyuntikkan obat bius, sama sekali tidak sakit, dan beberapa menit kemudian setengah dari gigi, lidah, dan bibir kita kebal akibat obat bius tadi.
Drg. Agus Sri termasuk dokter yang dikenal sangat bagus, aku dapatkan informasi itu dari beberapa pasien lain yang kutemui disana. Hal tersebut terbukti karena selama operasi aku sama sekali tidak merasa sakit yang berlebihan, hanya sakit sedikit saja dan operasi itu hanya berlangsung kira kira 20 menitan saja.

Selesai operasi, dokter menjelaskan apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Kita diharuskan menggigit kapas selama 2 jam, dan tidak boleh minum dan makan yang panas, malah dokternya nyaranin kita untuk makan es krim. Pipi juga sebaiknya dikompres air es untuk mengurangi bengkak. Tapi untuk hari kedua dikompres dengan air hangat untuk memperlancar peredaran darah. Ada 3 obat yang harus diminum dan harus kontrol kembali 1 minggu kemudian. Oh ya, karena menggunakan jasa BPJS maka tidak dikenakan biaya sepeserpun walaupun Panti Rapih termasuk RS swasta namun sudah di-cover oleh BPJS. Thank you Mr. President Jokowi untuk program-nya.

Drg. Agus Sri termasuk dokter yang punya pasien banyak, sehingga saat itu juga aku langsung mendaftarkan diri supaya bisa dapat jadwal kunjungan minggu depan. Alhamdulillah, disaat aku menulis blog ini, gigiku tidak sakit lagi, walaupun pasca operasi aku sudah bisa makan apapun, tapi memang dihari pertama dan kedua pasca operasi, mau tidak mau harus makan bubur dulu, dan tidak boleh sikat gigi, berkumur, atau mengutak-atik jahitan dengan lidah. Karena jika itu dilakukan, penyembuhan bisa jauh lebih lama. Intinya perintah dokter sebisa mungkin kita turutin demi recovery yang cepat.

Begitulah serba-serbi pengalamanku hingga akhirnya gigi geraham nomor 38 bisa out dan mengakhiri sakit gigiku.
Namun, tetap harus disyukuri walaupun sakit gigi melanda ketika aku harus melalui tahapan-tahapan tes penerimaan dosen, namun tidak ada kerja keras yang sia-sia, sakit gigi hilang, dan berita baik datang dengan lolosnya aku sebagai dosen tetap di salah satu universitas di Yogyakarta. Alhamdulillah.

Tips bagi teman-teman yang punya masalah gigi bungsu tumbuhnya tidak normal, segera konsultasikan ke dokter gigi, apakah diperlukan tindakan operasi atau tidak.
Jangan sampai seperti aku yang sudah pernah diperingatkan dokter dari setahun lalu kalau lagi bersihin karang gigi "Segera operasi gigi bungsunya ya Mbak" tapi aku abaikan karena belum terasa sakit. Alhasil aku harus merasakan sakit yang teramat.

Jagalah kesehatan gigi kita! ;)

Kamis, 09 Juni 2016

Pengalaman Pertama Jadi Asdos

Malam ini tepatnya malam ke-3 Ramadhan, semoga puasa kita semua lancar dan diterima Allah SWT. Amin.
Ok, aku pengen sharing pengalaman aku jadi asdos, hehe.
Aku mulai jadi asdos sekitar bulan Maret 2016 lalu, jadi mau jalan 3 bulan. Aku jadi asdos untuk jurusan HI dengan mata kuliah Sejarah Politik Asia Tenggara dan Politik Amerika Serikat di Universitas Islam Indonesia.
Nama dosen tetap yang ngerekruit aku jadi asdosnya ialah Mbak Karin, orangnya cantik, baik, dan yang jelas pinter.Waktu pertama, aku di interview  ttg riwayat pendidikan, pengalaman aku sampe nilai IPK. wkwkkw. Ya Alhamdulillah keterima.
Adapun perasaan yang aku rasakan saat itu seneng banget. Karena emang aku berniat pengen jadi asdos sembari jalanin studi masterku, eh kesampean ^ ^. Singkat cerita, aku pengen list pengalaman aku jadi asdos kurang lebih 3 bulan ini, sebagai berikut:

1. Aku dihadapkan dengan tiap malam baca sekian artikel/jurnal berbahasa inggris sebelum besoknya ngajar. Hal ini sungguh banget banget nambah informasi baru, ilmu baru buat aku. Walaupun memang agak kesulitan yaa, kadang mesti translate dulu. Hehe.

2. Eh mungkin ini gak penting yaa, tapi hal ini terjadi kepada aku, tentang penampilan. Huhu. Untuk soal ini aku biasanya minta pendapat dengan pacarku yang mana sangat membantu pemilihan busana hingga warna. Wkwkwk (lebay). Tapi tidak serta merta mengubah gaya penampilanku. Supaya dapet gitu pas lagi ngajar kan nambah percaya diri.

3. Nerveous. Ini terjadi waktu hari pertama dan kedua setelah itu, PEDE abis daaah. Haha.

4. Menilai tugas mahasiswa juga tak luput membuat aku pusing memutuskan nilai mereka. Masih kecampur rasa kasihan, tapi mbak Karin bilang harus jujur dengan nilai, kalau memang rendah ya dikasih rendah, begitupun sebaliknya. Namun, sampai sekarang aku masih merasakan perasaan kasihan ketika harus ngasih mereka nilai rendah, tapi gak separah awal-awal. Hiks hiks:(

5. Capeek, eh tapi aku enjoy kok. Ya ini emang gak aku pungkiri, secara aku kan juga masih jalanin studi masterku, sehingga harus pinter2 bagi waktu. Yaa begitulah. Sebagai tambahan, jarak kosku ke UII sekitar 13kilo, hmmm ya lumayaan jauh.

6. Ngadepin mahasiswa yang ngeyel adalah hal yang teramat membuat diriku shock, rada emosi juga. Bayangkan kita harus jelaskan berulang-ulang, dan masih juga dibantah. Kagak enak rasanya. Namun, sungguh ini menjadi pengalaman berharga, istilahnya pemanasan dulu sebelum jadi dosen beneran, aminnnn. Yang aku dapet bahwa karakter mahasiswa itu tidaklah sama, dan kita dituntut memahami psikologi mereka juga.

7. "Memaksa" aku dalam memahami banyak kasus untuk dianalisa, dan hal ini membuatku lebih rajin lagi baca buku.

8. Mendapat panggilan yang beragam dari mahasiswa-ku, ada yang panggil kak, ibu, mbak, miss.

9. Mengasah jiwa kepemimpinan dan kebijaksanaan aku, ini emang aku rasain, jadi aku pengen mereka tidak merasa sungkan untuk bertanya, berdiskusi, namun juga tidak menjadi kurang ajar. Wah itu sulit sekali dilakukan.

10. Hmmmm apalagi yaa? Oh ya, aku jadi lebih bisa berkaca pada diriku sendiri ketika aku memposisikan diri sebagai mahasiswa, khususnya mengingat waktu studi S1 ku dulu.

Mungkin hal-hal diatas yang kiranya sedikit banyaknya yang aku alami dan rasakan selama kurang lebih 3 bulan ini. Semoga pengalaman yang aku sharing ini bisa menginspirasi kalian yang mungkin ada niat mau jadi asdos sebelum jadi dosen nantinya. Good Luck ^ ^

Rabu, 23 Maret 2016

Gaya Kepemimpinan Bush dan Obama

Tak perlu dipertanyakan lagi bahwa hegemoni politik internasional pasca Perang Dingin (Cold War), Amerika Serikat keluar menjadi pemenang dengan kata lain sebagai negara adikuasa didunia. Dibalik terjangan kekuasaan (power) Amerika Serikat didunia, tidak dapat dipungkiri sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan (decisions making) pemimpinnya hingga sekarang. Walaupun beberapa tahun terakhir, tepatnya tahun 2008, AS mengalami krisis keuangan global (crisis financial) yang dampaknya dirasakan hampir seluruh negara Eropa dan Asia, tetapi kebangkitan AS tak perlu waktu lama. Barack Obama yang berasal dari Partai Demokrat menjadi presiden AS untuk kedua kalinya ini, cukup cepat mengambil langkah-langkah konkret untuk pemulihan ekonomi AS. Kita kembali sejenak pada masa AS dipimpin oleh George Walker Bush, Presiden AS ke-43 dari Partai Republik ini dapat dikatakan kontroversial karena isu sentralnya yakni “Perang Melawan Terorisme” dan “Perang Irak”. Demokratisasi menjadi hal penting dalam politik luar negeri George W. Bush setelah peristiwa WTC 11 September 2001 yang menewaskan banyak warga sipil. Baik George W. Bush dan Barack Obama, tentu memiliki perbedaan yang secara eksplisit ataupun implisit terkait gaya kepemimpinan dalam kebijakan luar negeri yang diterapkan pada masa pemerintahan masing-masing. Sehingga tidak ada salahnya, jika Penulis tertarik menjelaskan perbedaan kedua penakluk AS ini.
Faktor kepemimpinan menjadi hal penting untuk menentukan kearah mana sebuah negara akan mengukuhkan posisinya. Termasuk AS, sebagai negara besar dan maju banyak persoalan baik dalam dan luar negeri yang penyelesaiannya sangat bergantung pada sosok pemimpin. Dan setiap pemimpin memiliki perbedaan dalam memimpin sebuah negara. George W. Bush sebagai Presiden AS tahun 2000-2008 dan Barack Obama sebagai Presiden AS tahun 2008-sekarang memiliki perbedaan-perbedaan dalam mengambil keputusan terkait kebijakan luar negeri masing-masing. George Walker Bush (Partai Republik) dan Barack Obama (Partai Demokrat), kedua pemimpin ini menjadikan negara-negara Islam sebagai obyek kebijakan luar negeri dan terdapat perbedaan dominan dari pola kebijakan luar negeri yang dijalankannya, Bush cenderung hard diplomacy, sedangkan Obama cenderung soft diplomacy. Bush sebagai aktor rasional kemudian berupaya menjalankan kebijakan secara nyata melalui tindakan-tindakan “hard diplomacy” yang ditujukan sebagai strategi dalam mencapai stabilitas keamanan dalam negeri, regional (kewilayahan) dan internasional. Bentuk hard diplomacy yang dijalankan George W. Bush diwujudkan melalui invasi ke Irak dan Afghanistan tahun 2003. Realisasi soft diplomacy yang dijalankan Obama antara lain melalui pelibatan aktor-aktor non-pemerintah, pendekatan-pendekatan yang bersifat normatif, kunjungan kenegaraan dan forum-forum pembicaraan terhadap negara-negara Islam yang semakin intensif dan lain-lainnya. Barack Obama menanggapi partisipasinya dalam invasi ke Irak dan Afghanistan tahun 2003 juga menjalankan pendekatan-pendekatan secara komprehensif dan proporsional.[1] Bush juga mengubah secara radikal kebijakan dalam negerinya. Ia membangun birokrasi baru yang besar, yakni The Department of Homeland Security. Kekuasaan pemerintahan federal juga tampak di bidang pendidikan dan memperluas peranan Kejaksaan Agung untuk menangkap warga yang dituduh sebagai teroris. Perubahan kebijakan ini makin meningkatkan kesetiaan kepada partai dan menambah banyaknya opini yang ekstrem. Yang termarginalkan adalah kelompok liberal sentris.[2] Namun ada sisi lain dari Obama yang tidak dimiliki oleh Bush yakni semakin melunaknya hubungan bilateral AS-Indonesia, karena Obama kecil dahulu pernah tinggal di Indonesia sehingga secara tidak langsung menciptakan harmonisasi hubungan kedua negara. Hal ini juga berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi global Indonesia melalui perdagangan sektor pertambangan, migas dan sektor-sektor lainnya. Keadaan ini didukung pula oleh Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandi yang mengungkapkan selama ini kebijakan luar negeri Obama lebih merangkul ke Asia pasifik. “Sehingga dampak positif bagi Indonesia adalah arah hubungan atau kerjasama dengan Indonesia akan berlanjut,".[3] Kebijakan luar negeri Obama mulai bergeser pada posisi bukan lagi militeristik melainkan lebih mengusung isu-isu yang lebih bersifat multilateralisme. Ini dibuktikan Presiden Obama mulai membuka hubungan baik pada dunia Muslim, peningkatan kerjasama ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya. Tidak seperti Bush yang sangat kental dengan isu-isu militer, senjata dan keamanan.
Namun seorang politikus terkenal di Indonesia Pak Amien Rais mematahkan adanya perbedaan antara Bush dan Obama. Inilah wawancara Amien Rais yang dimuat Republika, Rabu (4/5/2011):
“Apa sesungguhnya motif AS di balik perang atas nama melawan terorisme?”.
Yang tidak boleh kita lupakan sesungguhnya perang melawan terorisme hanyalah sebuah dalih dari politik AS yang bersifat hegemonik, supremasif, dan imperialistik. Dalam hal ini, Presiden Obama persis sama dengan Bush (Presiden AS sebelumnya, George W Bush-Red). Kita jangan terkecoh oleh retorika dan mimik body language. Obama yang kadang-kadang memunculkan simpati bagi banyak kalangan. Saya berbeda dengan banyak kalangan karena buat saya, Obama tidak kurang dan tidak lebih persis melanjutkan politik luar negeri George Bush , sekalipun polesan kata-katanya lebih lembut dan mengecoh publik opini dunia”.
Jadi yang dapat disimpulkan dari penjelasan diatas, bahwa keberadaan sosok pemimpin sangat mempengaruhi bagaimana sistem pemerintahan suatu negara dilaksanakan, dengan kata lain, keberhasilan atau kekuatan suatu negara sangat ditentukan bagaimana pemimpinnya bersikap. AS menjadi contoh negara superpower yang memiliki beragam gaya kepemimpinan, seperti George W. Bush dengan gaya pemimpin militeristik dan Barack Obama yang cenderung mulai melakukan kerjasama-kerjasama lebih bersifat multilateralistik. Pada dasarnya kembali lagi ke falsafah negara bahwa kekuatan suatu negara berpondasi pada ideologi bangsa, kesatuan, dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai moral serta kehidupan rakyat yang sejahtera.



[1] http://repository.upnyk.ac.id/1415/: WIDIYANTO, Hari Agung (2011) PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA-NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA. Other thesis, UPN "VETERAN" YOGYAKARTA.
[2] Suzie Sri Suparin S. Sudarman. “Pemerintahan Bush Kedua: ‘Empire of Liberty’”. Diakses dari http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2005/01/24/KL/mbm.20050124.KL100933.id.html
[3] http://theglobejournal.com/ekonomi/terpilihnya-obama-dampak-positif-perekonomian-indonesia/index.php