Rabu, 23 Maret 2016

Gaya Kepemimpinan Bush dan Obama

Tak perlu dipertanyakan lagi bahwa hegemoni politik internasional pasca Perang Dingin (Cold War), Amerika Serikat keluar menjadi pemenang dengan kata lain sebagai negara adikuasa didunia. Dibalik terjangan kekuasaan (power) Amerika Serikat didunia, tidak dapat dipungkiri sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan (decisions making) pemimpinnya hingga sekarang. Walaupun beberapa tahun terakhir, tepatnya tahun 2008, AS mengalami krisis keuangan global (crisis financial) yang dampaknya dirasakan hampir seluruh negara Eropa dan Asia, tetapi kebangkitan AS tak perlu waktu lama. Barack Obama yang berasal dari Partai Demokrat menjadi presiden AS untuk kedua kalinya ini, cukup cepat mengambil langkah-langkah konkret untuk pemulihan ekonomi AS. Kita kembali sejenak pada masa AS dipimpin oleh George Walker Bush, Presiden AS ke-43 dari Partai Republik ini dapat dikatakan kontroversial karena isu sentralnya yakni “Perang Melawan Terorisme” dan “Perang Irak”. Demokratisasi menjadi hal penting dalam politik luar negeri George W. Bush setelah peristiwa WTC 11 September 2001 yang menewaskan banyak warga sipil. Baik George W. Bush dan Barack Obama, tentu memiliki perbedaan yang secara eksplisit ataupun implisit terkait gaya kepemimpinan dalam kebijakan luar negeri yang diterapkan pada masa pemerintahan masing-masing. Sehingga tidak ada salahnya, jika Penulis tertarik menjelaskan perbedaan kedua penakluk AS ini.
Faktor kepemimpinan menjadi hal penting untuk menentukan kearah mana sebuah negara akan mengukuhkan posisinya. Termasuk AS, sebagai negara besar dan maju banyak persoalan baik dalam dan luar negeri yang penyelesaiannya sangat bergantung pada sosok pemimpin. Dan setiap pemimpin memiliki perbedaan dalam memimpin sebuah negara. George W. Bush sebagai Presiden AS tahun 2000-2008 dan Barack Obama sebagai Presiden AS tahun 2008-sekarang memiliki perbedaan-perbedaan dalam mengambil keputusan terkait kebijakan luar negeri masing-masing. George Walker Bush (Partai Republik) dan Barack Obama (Partai Demokrat), kedua pemimpin ini menjadikan negara-negara Islam sebagai obyek kebijakan luar negeri dan terdapat perbedaan dominan dari pola kebijakan luar negeri yang dijalankannya, Bush cenderung hard diplomacy, sedangkan Obama cenderung soft diplomacy. Bush sebagai aktor rasional kemudian berupaya menjalankan kebijakan secara nyata melalui tindakan-tindakan “hard diplomacy” yang ditujukan sebagai strategi dalam mencapai stabilitas keamanan dalam negeri, regional (kewilayahan) dan internasional. Bentuk hard diplomacy yang dijalankan George W. Bush diwujudkan melalui invasi ke Irak dan Afghanistan tahun 2003. Realisasi soft diplomacy yang dijalankan Obama antara lain melalui pelibatan aktor-aktor non-pemerintah, pendekatan-pendekatan yang bersifat normatif, kunjungan kenegaraan dan forum-forum pembicaraan terhadap negara-negara Islam yang semakin intensif dan lain-lainnya. Barack Obama menanggapi partisipasinya dalam invasi ke Irak dan Afghanistan tahun 2003 juga menjalankan pendekatan-pendekatan secara komprehensif dan proporsional.[1] Bush juga mengubah secara radikal kebijakan dalam negerinya. Ia membangun birokrasi baru yang besar, yakni The Department of Homeland Security. Kekuasaan pemerintahan federal juga tampak di bidang pendidikan dan memperluas peranan Kejaksaan Agung untuk menangkap warga yang dituduh sebagai teroris. Perubahan kebijakan ini makin meningkatkan kesetiaan kepada partai dan menambah banyaknya opini yang ekstrem. Yang termarginalkan adalah kelompok liberal sentris.[2] Namun ada sisi lain dari Obama yang tidak dimiliki oleh Bush yakni semakin melunaknya hubungan bilateral AS-Indonesia, karena Obama kecil dahulu pernah tinggal di Indonesia sehingga secara tidak langsung menciptakan harmonisasi hubungan kedua negara. Hal ini juga berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi global Indonesia melalui perdagangan sektor pertambangan, migas dan sektor-sektor lainnya. Keadaan ini didukung pula oleh Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandi yang mengungkapkan selama ini kebijakan luar negeri Obama lebih merangkul ke Asia pasifik. “Sehingga dampak positif bagi Indonesia adalah arah hubungan atau kerjasama dengan Indonesia akan berlanjut,".[3] Kebijakan luar negeri Obama mulai bergeser pada posisi bukan lagi militeristik melainkan lebih mengusung isu-isu yang lebih bersifat multilateralisme. Ini dibuktikan Presiden Obama mulai membuka hubungan baik pada dunia Muslim, peningkatan kerjasama ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya. Tidak seperti Bush yang sangat kental dengan isu-isu militer, senjata dan keamanan.
Namun seorang politikus terkenal di Indonesia Pak Amien Rais mematahkan adanya perbedaan antara Bush dan Obama. Inilah wawancara Amien Rais yang dimuat Republika, Rabu (4/5/2011):
“Apa sesungguhnya motif AS di balik perang atas nama melawan terorisme?”.
Yang tidak boleh kita lupakan sesungguhnya perang melawan terorisme hanyalah sebuah dalih dari politik AS yang bersifat hegemonik, supremasif, dan imperialistik. Dalam hal ini, Presiden Obama persis sama dengan Bush (Presiden AS sebelumnya, George W Bush-Red). Kita jangan terkecoh oleh retorika dan mimik body language. Obama yang kadang-kadang memunculkan simpati bagi banyak kalangan. Saya berbeda dengan banyak kalangan karena buat saya, Obama tidak kurang dan tidak lebih persis melanjutkan politik luar negeri George Bush , sekalipun polesan kata-katanya lebih lembut dan mengecoh publik opini dunia”.
Jadi yang dapat disimpulkan dari penjelasan diatas, bahwa keberadaan sosok pemimpin sangat mempengaruhi bagaimana sistem pemerintahan suatu negara dilaksanakan, dengan kata lain, keberhasilan atau kekuatan suatu negara sangat ditentukan bagaimana pemimpinnya bersikap. AS menjadi contoh negara superpower yang memiliki beragam gaya kepemimpinan, seperti George W. Bush dengan gaya pemimpin militeristik dan Barack Obama yang cenderung mulai melakukan kerjasama-kerjasama lebih bersifat multilateralistik. Pada dasarnya kembali lagi ke falsafah negara bahwa kekuatan suatu negara berpondasi pada ideologi bangsa, kesatuan, dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai moral serta kehidupan rakyat yang sejahtera.



[1] http://repository.upnyk.ac.id/1415/: WIDIYANTO, Hari Agung (2011) PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA-NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA. Other thesis, UPN "VETERAN" YOGYAKARTA.
[2] Suzie Sri Suparin S. Sudarman. “Pemerintahan Bush Kedua: ‘Empire of Liberty’”. Diakses dari http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2005/01/24/KL/mbm.20050124.KL100933.id.html
[3] http://theglobejournal.com/ekonomi/terpilihnya-obama-dampak-positif-perekonomian-indonesia/index.php

Tidak ada komentar:

Posting Komentar