Kamis, 15 Agustus 2019

MEMBUAT NPWP DI JOGJA GRATIS DAN GAMPANG

Apa sih NPWP itu? NPWP atau Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya (https://www.pratama.co)

Beberapa waktu lalu saya membuat NPWP untuk pertama kalinya. Untuk kalian yang tinggal di wilayah Jogja, kalian punya dua pilihan nih untuk bikin NPWP.
Pertama, langsung dateng ke kantor pajak KPP Pratama Sleman yang berlokasi di Ringroad Maguwoharjo,
Kedua, kalian bisa bikin lewat online.

Nah kali ini gue akan share poin pertama.
Syarat-syaratnya gampang banget:
1. Fotokopi KTP kalian
2. Bawa surat keterangan status pekerjaan kalian. Gue bawa surat SK fotokopian penerimaan dosen dulu.

Hal yang penting banget jika temen2 mau urus langsung ke kantornya adalah DATANG PAGI.
Gue meluncur dari rumah di godean pukul 6.30 an pagi, nyarap dulu, sampai di lokasi pukul 07.30.
Karena lumayan jauh juga. Sehingga pastikan kalian bener2 liat waktunya.
Lokasi kantor pajaknya persis di depan perumahan Casa Grande. 
Parkiran mobil dan motor lumayan luas. Setibanya di lokasi cus aku masuk ke dalam kantor.
Sudah ada sekitar 7 orangan yang mengantri.
Sistem antrian lewat sistem, lu klik maka keluar nomor antrian.
Nah JANGAN sampe salah klik ya, karena ada beberapa pilihan.
Gue milih pembuatan NPWP untuk pribadi (pekerjaan).
Aku dapet nomor antrian 3. Sembari menunggu loketnya buka di jam 8 pagi, aku mengisi formulir,
formulir pengisian biodata terletak di sudut belakang atau tepatnya deket dengan pintu masuk.

Tak lama nomorku dipanggil. Petugasnya ramah-ramah banget. Hanya sekitar 10 menitan, NPWP-ku jadi. Nah simple dan gampang banget kan?
Petugasnya juga jelasin dengan adanya NPWP ini kita wajib nih lapor pajak potongan gaji kita per Januari setiap awal tahun. Apabila temen-temen lupa, KENA DENDA Rp. 100.000,-
Untuk ngelapor ini ada dua cara, langsung ke kantornya bawa slip gaji lu atau lewat online masuk ke link ini https://djponline.pajak.go.id/account/login

Lalu gue nanya ke petugasnya:
"Mbak kalau besok saya nikah apakah NPWP nya tetep sama?"

Dan jawabannya:
Ada 2 pilihan, lu bisa tetep pake NPWP-nya tapi update status or yang kedua lu bisa ikut NPWP suami.

Jam 08.30 semua kelar dan gue meluncur ke kampus.

Nah untuk yang sistem pembuatan online kalian bisa klik link ini: https://ereg.pajak.go.id/login 
Dan ada juga loh jasa kirimnya ke rumah lo yang males atau sibuk mau ambil kartunya, and semua freeee alias gratiss.
Pilihan ada ditangan Anda.
Alasanku kenapa dateng langsung ke kantornya, ya pertama waktunya lagi longgar, dan kepengen aja ke sana, karena belum pernah masuk kantor pajak. Haha.


Semoga informasinya membantu!









Rabu, 03 Juli 2019

Kisah Unik di Wisata Hutan Mangrove Surabaya

Ini kali pertama aku menginjakkan kaki di kota Bu Risma. Kota Surabaya menurutku adalah kota yang asri. Sepanjang jalan-jalan utama penghijauan sangat terasa dan betul-betul adem. Tujuanku ke kota ini adalah mendampingi mahasiswaku untuk mengikuti lomba di salah satu univesitas negeri disana. Sehari sebelum lomba, kami sudah sampai menggunakan kereta dari Yogyakarta. Cus menggunakan gocar kami menuju hotel. Jam masih menunjukkan pukul 3 sore. Kami putuskan untuk menghabiskan waktu mengunjungi destinasi wisata di Surabaya. Pilihan kami awalnya adalah Taman Bambu. Namun, perkataan driver gocar yang mengatakan Taman Bambu tidaklah bagus berhasil mengubah tujuan kami ke Hutan Mangrove (rekomendasi driver gocar juga). 

Perjalanan dari hotel di daerah Rungkut menuju Hutan Mangrove ini kira-kira 25 menitan. Kami tiba pukul 4 sore. Tampak suasana sepi dengan beberapa pengunjung saja. Toko dagangan pun sudah tutup. Tidak ada pungutan apapun alias gratis masuk ke wisata alam ini. Sore yang cerah dan kami sangat bersemangat. Kami jalan menuju hutan, pemandangannya sangat asri, pohon bakau atau mangrove tertata rapi, ditambah binatang rawa seperti kepiting kecil dan ikan cempakul (nama yang dijuluki di daerahku Jambi tepatnya Kuala Tungkal). Kira-kira jalan panjang kayu sekitar 2 kiloan itu pun berakhir di ujung muara yang sangat tenang. Matahari menampakkan wujudnya untuk pamit. Sore itu sunset begitu mengagumkan disertai kicauan burung. Benar-benar membuat damai hati dan pikiran. Tak lupa kami mengabadikan moment-moment tersebut. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 5 lewat. Kami putuskan untuk pulang. 




Sesampainya di pintu keluar, adzan magrib berkumandang. Lantas, aku ke musholla terlebih dahulu. Setelah solat, cerita mencekam dimulai. Kami mulai panik karena mahasiswaku yang sejak aku solat hingga selesai, belum juga menemukan driver gocar. Tidak satupun gocar yang ter-detect ada. Padahal driver gocar sebelumnya mengatakan bahwa akan banyak gocar yang lewat. Kami menunggu sambil berjalan dengan suasana yang hampir gelap sambil tetap cek ke aplikasi gocar. Dan sampailah kami di persimpangan. Kami kebingungan harus memilih jalan yang mana. Setelah berdebat, aku meminta mahasiswa untuk putar balik. Suasana benar-benar hampir gelap dan tidak ada seorangpun. Lalu kami bertemu seorang bapak-bapak yang sedang menghidupkan api. Lantas kami dekati bapak tersebut untuk menanyakan dimana bisa dapet gocar terdekat.

"Jauh mbak kalau mutar. Masuk (nuju ke hutan)."

Lalu kami masuk lagi kehutan dengan suasana yang sepi. Tapi hati saya sangat berat untuk melangkah. Saya katakan "kita putar balik". Ketika kami memutuskan untuk putar balik, ada kejadian yang sangat mencurigakan. "4, di Semanggi". Kata bapak yang sebelumnya kami tanya itu. Sangat mencurigakan. Jika memang si bapak itu niat baik, dia tidak mungkin menyuruh kami kembali ke hutan dengan kondisi sudah mau gelap dan sangat sepi. Tak jauh dari sana, kami melihat ada seorang bapak yang duduk dan kami mendekatinya.

"Mbak ketinggalan rombongan ya?"
"Enggak pak, kami mau pesen gocar tapi gak ada".
"Gak ada gocar yang mau ambil penumpang kesini, apalagi jam segini".

Kemudian, si bapak memanggil teman-temannya yang lain. Dua orang bapak-bapak muncul dan menanyakan kami hendak kemana.

"Pak kami mau ke perumahan semanggi, mana tau bisa dapet gocar disana".
"Jangan mbak". Sahut salah satu bapak lantang.
"Kita antar sampai ke Stikom".
"Tapi pak jauh kan itu". (jaraknya kira-kira hampir 10 kilometer).
"Kami antar ke sana saja, kalau di kampus gocar banyak, jangan di semanggi, disana sepi".

Kami pun tidak punya pilihan. Dengan menggunakan motor kami dibonceng dengan 2 motor hingga menuju ke Stikom. Selama perjalanan, kami sempat mengobrol.

"Mbak ini kok bisa sampai malam, kalau ke hutan mangrover pulangnya maksimal pukul 5".

Singkat cerita kami pun sampai di depan Stikom. Dua orang bapak yang bernama Pak Lutfi dan Pak Inung menunggu kami sampai gocar kami datang. Pak Lutfi mengatakan bahwa wilayah itu rawan begal dan sangat sepi. Hal itu dibenarkan dengan driver gocar yang kami tumpangi. Bahwa area tersebut adalah area yang di blacklist oleh mereka. Berikut adalah foto bapak-bapak yang mengantarkan kami sejauh 10 kilo lebih dan tidak meminta bayaran seperserpun padahal saya dengan tidak enak hati mengatakan "Pak tanpa mengurangi ketulusan bapak menolong kami, berapa njih pak sudah sejauh ini mengantar kami?". "Tidak usah mbak, kami ikhlas".  Jawab bapaknya. Foto ini sengaja saya ambil sebagai kenangan.



Kalau bukan karena pertolongan Allah dan melindungi kami dikirim-Nya orang-orang seperti Pak Inung dan Pak Lutfi. Terima kasih sekali. Alhamdulillah. Semoga Pak Inung dan Pak Lutfi diberikan rezeki yang banyak, umur panjang, sehat, dan dilindungi oleh Allah SWT. Amin.
Dari kisah saya ini, semoga teman-teman yang akan berwisata di manapun selalu memastikan semuanya terkontrol dan aman. Dicek benar lokasi yang akan dikunjungi dan selalu berhati-hati.

Semoga ceritaku ini bermanfaat.







Jumat, 11 Januari 2019

Musik itu Haram, Benarkah?

Terbangun jam 3 pagi, lantas meneruskan revisi jurnal.
Ngubek-ngubek bahan bacaan, sampailah aku pada sebuah buku yang menuliskan tentang gimana sih Islam memandang seni.
Buku yang ditulis oleh Moeflich Hasbullah “Islam dan Transformasi Masyarakat Nusantara” ini dengan lugas menjelaskan topik tersebut. Berikut ringkasan dr p. 144-149:
Seni adalah manifestasi estetik manusia yang menyangkut perasaan halus dan keindahan sebagai anugerah Tuhan. Islam adalah seperangkat ajaran Ilahiyah yang diturunkan untuk menuntun segala tindakan manusia dalam kehidupan termasuk mengekspresikan, mengelola, dan mengembangkan potensi rasa dan keindahannya. Seni Islam adalah ekspresi dan wujud rasa keindahan manusia yang berada dalam tuntunan atau memenuhi standar norma Islam. Dalam Islam, Tuhan bukan hanya Maha Indah, tapi juga sumber keindahan. Al-Qur’an menyatakan manusia diciptakan dengan keindahan:
"Shawwarakum fa ahsana shuwarakum" (Dialah yang membentukmu kemudian mengindahkan rupamu) dalam QS al-Mu’min, 40:64.
Penulis buku ini mengutip tulisan dari seorang profesor AS yang bergelut di bidang etno-musikologi bernama Harnish “Di Indonesia, di tengah-tengah arus deras musik-musik populer dan musik rakyat, musik Barat, gamelan tradisional, seni bacaan Al-Qur’an terserap ke dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai sumber autentisitas Muslim. Terpisahkan oleh jarak ribuan mil dan ratusan tahun dari pusat Islam (Arab), Muslim Indonesia menyuguhkan dan mengamalkan Al-Qur’an persis sama dengan orang-orang Islam pada zaman Nabi Muhammad”.
Dua mata air seni yang tak pernah kering dalam Islam: seni baca Al-Qu’ran (qira’ah) dan shalawatan pada Nabi. Kedua seni ini adalah sebuah divine inspiration, seni yang berasal dari inspirasi ketuhanan, keindahan seni bacaan dari melagukan ayat-ayat suci-Nya dan kecintaan pada Nabi Muhammad SAW.
Dalam sejarah Islam, musik dikenal dalam tiga unsur:
1.     Handasah al-sawt (seni suara dan nyayian)
2.     Al-musiqa (jenis-jenis musik)
3.     Ghina (lagu-lagu)
Seni musik Islam mulai berkembang seiring wilayah kekuasaan Islam yang meluas keluar, jazirah Arab. Pada masa kekhalifahan Abbasiyah, musik Islam terus berkembang. Salah satu pemusik terkenal Islam adalah Khalil bin Ahmad dan Ishak bin Ibrahim Al-Mausully yang menulis buku musiknya dalam Kitab AL-Alhan Wal-Anham. Hingga kekhalifahan Turki Ustmani musik terus berlanjut dengan melahirkan tokoh pemusik Islam yang terkenal seperti al-Farabi dan Ibnu Sina. Di tengah polemik fikih soal halal-haramnya, musik terus berkembang di dunia Islam termasuk di Asia Tenggara yang dibawa oleh para wali di abad ke-15.
Jadi untuk menjawab apakah musik itu haram? Tentu banyak perdebatan.

Setelah membaca buku ini, paling tidak saya jadi paham, bahwa musik itu seni, dan dalam Islam seni itu nyatanya ada, bahkan Allah adalah sumber keindahan. Musik sebagai seni yang dimaksud adalah yang ditujukan pada sumber ketuhanan, dan kecintaan pada Nabi Muhammad. Artinya, saya harus sadar bahwa musik K-Pop yang saya sukai, especially BigBang adalah seni musik yang tidak ada dalam norma Islam.