Sejarah,
Trend, dan Agenda Politik Amerika dan
Beberapa Negara Eropa Menyoal Diskursus LGBT
Penulis: Tiffany Setyo Pratiwi
Februari 2018
Dari literatur yang Penulis
dapatkan, penamaan LGBT dalam sejarahnya belum ada. Sehingga yang banyak ditemukan
ialah homoseksual, lesbian, ataupun gay. Eropa dan Amerika bisa dikatakan
menjadi tempat dimana isu-isu tersebut mulai dikenal. Berikut sejarah
singkatnya.
Sejarah adanya kaum
homoseksual ataupun LGBT di Eropa mulai ada bahkan sejak Era Renainanse, seorang
peneliti bernama Giovanni yang mencoba mempelajari tentang homoerotics motif menjadi tokoh yang memperkenalkan isu ini. Namun konseptualisasi homoseksual di
Eropa sebenarnya mulai teramati dengan jelas saat memasuki abad ke-18, tepatnya
di Inggris. Dan beberapa percaya bahwa munculnya konsep homoseksual juga
dilatarbelakangi dengan maraknya penganut atheis. Di era ini, homoseksual,
lesbian termasuk dosa besar bagi gereja Katolik-Protestan sehingga masih sangat
tabu untuk dibicarakan.
Baru memasuki abad ke-19
terjadi perubahan terhadap perkembangan isu LGBT, yang mana untuk pertama
kalinya pergerakan masyarakat sipil homoseksual lahir di Jerman. Sama halnya di
Inggris kesadaran pergerakan mendukung homoseksual mulai tercium dengan diluncurkannya
sebuah drama komedi bertemakan homoseksual oleh Oscar Wilde di tahun 1895.
Setelah Perang Dunia Ke-1, Paris menjadi kota dimana kaum gay dan lesbi
intelektual dunia berkumpul bahkan termasuk yang dari Amerika. Pertemuan mereka
menghasilkan banyak tulisan yang isinya tentang variasi seksual, penulis yang
cukup terkenal bernama Gertrude Stein. Kesadaran untuk memperjuangkan hak
homoseksual semakin besar pasca peristiwa fenomenal di Jerman yakni Holocaust,
yang memakan korban hampir jutaan kaum homo di bunuh di kamp konsentrasi.[1]
Agak berbeda dengan Eropa,
di Amerika ternyata homoseksual sudah terdeteksi menjadi perilaku di kalangan
masyarakat adatnya yakni orang India dan orang Eskimo, banyak di antaranya yang
memiliki tradisi homoseksual sendiri, disebut berdache. Memasuki pertengahan abad ke-19 berbarengan dengan
masuknya imigran dari negara-negara Eropa (Inggris, Jerman, Irlandia, Italia, Perancis,
Yunani, dan orang-orang Skandinavia) dan budak dari Afrika ke Amerika ternyata
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan homoseksual di Amerika
sendiri.
Di tahun 1919, media massa
di Amerika mulai menyebarluaskan konsep tentang pemikiran atau ide ide
Androphillia (Androphilia dan gynephilia adalah istilah yang digunakan dalam
ilmu perilaku untuk menggambarkan orientasi seksual, sebagai alternatif dari
konseptual homoseksual gender dan heteroseksual gender).[2] Namun berbeda dengan posisi
media massa yang mendukung isu-isu homoseksual, bagi pasukan tentara yang
bertarung di Perang Dunia ke-2, mereka menolak mentah-mentah adanya homoseksual
dan lesbian.
Di dalam bukunya Susan Ferentinos seorang
peneliti yang berfokus pada isu-isu LGBT, memaparkan pertumbuhan mobilisasi
pendukung LGBT sangat signifikan sejak tahun 1960 yakni gerakan pembebasan gay
dan lesbian Stonewall, yang juga berbarengan dengan The Black People Movement.[3] Namun, berkembangnya dukungan isu homoseksual di
Amerika ternyata juga berbanding lurus dengan penolakan yang datang. Apalagi di
tahun 1980-an, terjadi lonjakan cukup tajam angka penderita AIDS di Amerika
yang mana di sumbang dari kaum homoseksual.[4]
Lalu bagaimana trend LGBT begitu meluas di abad ke-21 ini baik di Eropa dan
Amerika bahkan menjadi isu yang mendunia. Hal penting yang mendukung fenomena
global ini ialah mobilisasi pendukung HAM LGBT sangat meluas dan bisa dikatakan
menyasar seluruh dunia. Namun suara mereka bukan hanya diungkapkan dalam jangka
waktu setahun atau dua tahun akan tetapi sudah dilakukan jauh sebelum itu
seperti yang Penulis jelaskan di paragraf sebelumnya. Faktor lain meningkatnya
kesadaran pentingnya hak LGBT dalam beberapa tahun terakhir bisa sangat mungkin
karena pendapat publik saat ini tumbuh jauh lebih toleran daripada sebelumnya.
Namun pendapat publik yang lebih toleran ini sebelumnya dipengaruhi juga dengan
situasi ekonomi dan politik yang mulai berubah secara dramatis di tahun 1970-an,
yang mana membantu memberikan suara politik yang lebih kuat kepada kaum LGBT. Secara
khusus, aktivis LGBT di New York City telah menjelma menjadi kekuatan yang
sangat signifikan dalam politik elektoral sejak pertengahan 1970-an. Fakta
menarik lainnya, kekuatan LGBT di Amerika bahkan bisa menembus Gedung Putih dan
pemilihan Senat di tahun 1990-an.[5]
Tidak bisa dipungkiri bahwa memang lobi-lobi
politik kelompok kepentingan merupakan suatu hal yang biasa ditempuh dengan
maksud agar suara ataupun keinginan kelompok kepentingan tersebut bisa
terealisasi, entah itu lewat kebijakan atau undang-undang yang dikeluarkan
pemerintah. Hal inilah yang menjadi salah satu cara yang ditempuh kelompok
homoseksual di Amerika. Bahkan menjadi pendukung Kelompok Kiri Amerika (American Left), tokoh yang berpengaruh dalam
lobi politik soal hak LGBT di Amerika diantaranya ada Tim Gill seorang milyader
perusahaan software, menjadi sosok yang kental membangun strategi di tingkat nasional
untuk mendukung hak-hak kaum gay LGBT. Nama lain ada David Geffen yang juga
mendonasikan uangnya untuk mendukung hak-hak LGBT. Faktor penting lainnya karena
semakin dikenalnya Pop Culture dan Hollywood,
yang secara nyata berperan membuat 89% masyarakat Amerika saat ini menerima
homoseksual sebagai hal yang normal di kehidupan seksual mereka bahkan untuk
pernikahan.[6]
Sudah banyak negara bagian di Amerika seperti Connecticut, Columbia, Iowa,
Vermount, New Hamphire, New York, California, Nevad, New Jersey, Oregon, dan Washington
memperbolehkan pernikahan sesama jenis dan memberlakukan hukum same-sex unions.[7]
Belanda jauh lebih dulu melegalkan pernikahan sesama jenis di tahun 2001 lalu
diikuti negara Eropa lainnya.
Secara
terang-terangan ketika pemilu Presiden Amerika di tahun 2000, baik kandidat
dari Partai Demokrat dan Republik sama-sama menggunakan isu LGBT dalam kampanye
mereka.[8]
Hal ini cukup beralasan karena untuk menggapai pemilih-pemilih yang pro-LGBT. Fakta
menarik lainnya yang membuat LGBT sangat dipertimbangkan dalam agenda politik
Amerika karena fundraisers LGBT
sangatlah kooperatif dalam setiap pemilihan Presiden Amerika. Contohnya saja
ketika Clinton mencalonkan diri sebagai kandidat Presiden dari Partai Demokrat,
pendukung LGBT yang mendukung Clinton mempu mengumpulkan dana hampir 900.000
dollar Amerika.[9]
Sehingga tidak mengherankan saat ini agenda politik Amerika salah satunya yang
berpengaruh ialah perlindungan HAM LGBT. Karena situasi tersebut juga sama
halnya ketika pemilihan Presiden Obama, yang juga membawa isu-isu LGBT sebagai
agenda politiknya karena konstituen gay dan lesbian yang mendukung Demokrat
jumlahnya tidaklah sedikit.[10]
Gambaran ini menunjukkan kaum gay dan lesbian bisa memiliki posisi tawar yang
signifikan di perpolitikan Amerika karena pemilihnya dan isu yang dibawa di
kerangkai oleh konsep HAM global.
Jika menilik di Benua Eropa, hal penting yang
membuat agenda politik terkait LGBT mulai terbuka dikarenakan terbitnya aturan
orientasi seksual di klause anti diskriminasi Artikel Nomor 13 di Perjanjian
Amsterdam EU tahun 1990. Artikel ini
menjadi aturan hukum pertama kalinya yang secara eksplisit mengatur masalah
orientasi seksual yang tidak boleh di diskriminasi.[11]
Setelah adanya aturan SSU (Same-sex
Unions), HAM Eropa secara keseluruhan kemudian negara-negara di Eropa
mengadopsinya ke dalam agenda politik nasional mereka. UK sendiri telah
mengadopsi SSU di tahun 2004. Menurut laporan dari World Values Online Integrated, persentase toleransi terhadap
homoseksual di UK setelah pemberlakuan SSU meningkat yang awalnya 16% menjadi
22% di tahun 2006.[12]
Sehingga memasuki abad ke-21, bukanlah hal yang aneh jika pernikahan sesama
jenis menjadi agenda di Eropa dan Amerika.[13]
Dengan menggunakan konsep hak asasi manusia
institusi tertentu atau bahkan pemerintah baik di Eropa dan Amerika yang
memiliki kemauan dan kemampuan untuk didengarkan, menempatkan isu LGBT sebagai
isu krusial dalam agenda politik mereka. Hak kaum LGBT telah muncul sebagai isu
penting di kancah internasional. Contoh yang terjadi di UK sebagai bukti, pada
tahun 2011, Perdana Menteri Inggris David Cameron menyarankan untuk mencabut
bantuan luar negeri ke negara-negara sesuai dengan kepatuhan mereka terhadap
hak asasi manusia, termasuk bagaimana mereka memperlakukan orang-orang gay dan
lesbian. Di media Barat, negara-negara Afrika dan Islam menjadi negara sebagai lawan
agenda politik tersebut.[14]
Pencantuman isu hak gay dan lesbian pada
agenda hak asasi manusia internasional telah tersebar di banyak negara di
dunia. Sayangnya gerakan gay dan lesbian tidak diterima oleh masyarakat internasional
secara keseluruhan. Meskipun demikian, gerakan tersebut telah mencapai keberhasilan
dalam mengakses banyak negara-negara Barat dengan sistem demokrasi melalui Uni
Eropa dan mampu masuk dalam agenda politik Uni Eropa. Bahkan PBB telah merilis
UN Report tentang hak LGBT oleh High
Commissioner for Human Rights yang disahkan tahun 2011. Yang tak boleh
dilupakan pula ialah bagaimana sepak terjang LSM lokal gay dan lesbian yang
meningkatkan posisi penting isu LGBT di Eropa dan dunia. Misalnya saja, LSM
lokal LGBT di Eropa Tengah dan Timur yang mana telah menempatkan posisi mereka
mampu di dengar dalam forum internasional dan mampu mendapatkan dukungan luar
biasa dari LSM internasional.[15]
Pencapaian lainnya, mereka telah memiliki institusi internasional sendiri
bernama International Gay and Lesbian
Youth Organization (IGLYO) yang sudah memiliki kantor permanen di ibukota
Solvenia, Ljubljana.[16]. Perdebatan tentang HAM LGBT
tentu masih ada, namun Amerika dan Eropa menjadi bukti bahwa proses untuk
menerima hak LGBT mengalami peningkatan yang sangat besar dari tahun ke tahun
di berbagai bidang, baik itu kultur sosial hingga agenda LGBT yang mampu
menjadi agenda politik negara-negara di Eropa dan negara bagian di Amerika.
[1] Dynes, Wayne. Stephen
Donalson. 1993. History of Homosexuality
in Europe and America. Penerbit: Routledge. Hal. xv-xvii
[2] https://en.wikipedia.org/wiki/Androphilia_and_gynephilia diakses pada tanggal 28
Januari 2018 Pukul 11.00
[3]
Ferentinos, Susan. 2014. Interpreting
LGBT History at Museums and History Sites. Penerbit: Rowman and
Littelefield. Hal.77
[4] Dynes, Wayne. Hal.
xvii-xix
[5]
Smith, A. Reymond. Donald Markel. 2002. Gay
and Lesbian Americans and Political Participation. Penerbit: ABC-CLIO
California. Hal. 144 dan 155
[6]
Deace, Steve. 2016. Rules for Patriots:
How Conservatives Can Win Again. Penerbit: Newyork Post Hill Press. Hal. 16
[7] Brym. J. Robert. John
Lie. 2012. Sociology: Pop Culture to
Social Culture. Penerbit: Wadsworth USA. Hal. 245
[8] Smith, A. Reymond. Hal.
148
[10]
Harris, Frederick. 2012. The Price of
Ticket: Barack Obama and The Rise and Decline of Black Politic. Penerbit:
Oxford University Press. Hal.-
[11]
Kollman, Kelly. The Same Sex Unions
Revolution in Western Democracy: International Norms and Domestic Change.
Penerbit: Oxford University Press. Hal 77
[12] Kollman, Kelly. Hal. 80
[13] Bardes. A Barbara, dkk.
2016. American Government and Politics Today.
Penerbit: Cengage Learning USA Hal.381
[14] Evans, Mary. Dkk. 2014.
The SAGE Handbook of Feminist Theory.
Penerbit: SAGE Publishing. Hal. 298
[15] The Fletcher Forum of
World Affair, 1998. Volume 22. Hal. 81
[16] Sears, T. James. 2005. Youth, Education, and Sexualities.
Penerbit: Greenwood Publishing Group. Hal. 308
taruhan berlaga adu ayam online s128 filipina
BalasHapusTersedia 3 Jenis Taruhan Sabung Ayam Live
Sabung Ayam S128 - SV388 - CFT2288 (KUNGFU)
Raih Kemenangan Anda Bersama Kami...
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
WA: +628122222995