Senin, 12 Februari 2018

LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) di Amerika dan Eropa

Sejarah, Trend, dan Agenda Politik Amerika dan 
Beberapa Negara Eropa Menyoal Diskursus LGBT

Penulis: Tiffany Setyo Pratiwi 
Februari 2018

Dari literatur yang Penulis dapatkan, penamaan LGBT dalam sejarahnya belum ada. Sehingga yang banyak ditemukan ialah homoseksual, lesbian, ataupun gay. Eropa dan Amerika bisa dikatakan menjadi tempat dimana isu-isu tersebut mulai dikenal. Berikut sejarah singkatnya.
Sejarah adanya kaum homoseksual ataupun LGBT di Eropa mulai ada bahkan sejak Era Renainanse, seorang peneliti bernama Giovanni yang mencoba mempelajari tentang homoerotics motif menjadi tokoh yang memperkenalkan isu ini. Namun konseptualisasi homoseksual di Eropa sebenarnya mulai teramati dengan jelas saat memasuki abad ke-18, tepatnya di Inggris. Dan beberapa percaya bahwa munculnya konsep homoseksual juga dilatarbelakangi dengan maraknya penganut atheis. Di era ini, homoseksual, lesbian termasuk dosa besar bagi gereja Katolik-Protestan sehingga masih sangat tabu untuk dibicarakan.
Baru memasuki abad ke-19 terjadi perubahan terhadap perkembangan isu LGBT, yang mana untuk pertama kalinya pergerakan masyarakat sipil homoseksual lahir di Jerman. Sama halnya di Inggris kesadaran pergerakan mendukung homoseksual mulai tercium dengan diluncurkannya sebuah drama komedi bertemakan homoseksual oleh Oscar Wilde di tahun 1895. Setelah Perang Dunia Ke-1, Paris menjadi kota dimana kaum gay dan lesbi intelektual dunia berkumpul bahkan termasuk yang dari Amerika. Pertemuan mereka menghasilkan banyak tulisan yang isinya tentang variasi seksual, penulis yang cukup terkenal bernama Gertrude Stein. Kesadaran untuk memperjuangkan hak homoseksual semakin besar pasca peristiwa fenomenal di Jerman yakni Holocaust, yang memakan korban hampir jutaan kaum homo di bunuh di kamp konsentrasi.[1]
Agak berbeda dengan Eropa, di Amerika ternyata homoseksual sudah terdeteksi menjadi perilaku di kalangan masyarakat adatnya yakni orang India dan orang Eskimo, banyak di antaranya yang memiliki tradisi homoseksual sendiri, disebut berdache. Memasuki pertengahan abad ke-19 berbarengan dengan masuknya imigran dari negara-negara Eropa (Inggris, Jerman, Irlandia, Italia, Perancis, Yunani, dan orang-orang Skandinavia) dan budak dari Afrika ke Amerika ternyata memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan homoseksual di Amerika sendiri.
Di tahun 1919, media massa di Amerika mulai menyebarluaskan konsep tentang pemikiran atau ide ide Androphillia (Androphilia dan gynephilia adalah istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku untuk menggambarkan orientasi seksual, sebagai alternatif dari konseptual homoseksual gender dan heteroseksual gender).[2] Namun berbeda dengan posisi media massa yang mendukung isu-isu homoseksual, bagi pasukan tentara yang bertarung di Perang Dunia ke-2, mereka menolak mentah-mentah adanya homoseksual dan lesbian.
Di dalam bukunya Susan Ferentinos seorang peneliti yang berfokus pada isu-isu LGBT, memaparkan pertumbuhan mobilisasi pendukung LGBT sangat signifikan sejak tahun 1960 yakni gerakan pembebasan gay dan lesbian Stonewall, yang juga berbarengan dengan The Black People Movement.[3] Namun, berkembangnya dukungan isu homoseksual di Amerika ternyata juga berbanding lurus dengan penolakan yang datang. Apalagi di tahun 1980-an, terjadi lonjakan cukup tajam angka penderita AIDS di Amerika yang mana di sumbang dari kaum homoseksual.[4]
Lalu bagaimana trend LGBT begitu meluas di abad ke-21 ini baik di Eropa dan Amerika bahkan menjadi isu yang mendunia. Hal penting yang mendukung fenomena global ini ialah mobilisasi pendukung HAM LGBT sangat meluas dan bisa dikatakan menyasar seluruh dunia. Namun suara mereka bukan hanya diungkapkan dalam jangka waktu setahun atau dua tahun akan tetapi sudah dilakukan jauh sebelum itu seperti yang Penulis jelaskan di paragraf sebelumnya. Faktor lain meningkatnya kesadaran pentingnya hak LGBT dalam beberapa tahun terakhir bisa sangat mungkin karena pendapat publik saat ini tumbuh jauh lebih toleran daripada sebelumnya. Namun pendapat publik yang lebih toleran ini sebelumnya dipengaruhi juga dengan situasi ekonomi dan politik yang mulai berubah secara dramatis di tahun 1970-an, yang mana membantu memberikan suara politik yang lebih kuat kepada kaum LGBT. Secara khusus, aktivis LGBT di New York City telah menjelma menjadi kekuatan yang sangat signifikan dalam politik elektoral sejak pertengahan 1970-an. Fakta menarik lainnya, kekuatan LGBT di Amerika bahkan bisa menembus Gedung Putih dan pemilihan Senat di tahun 1990-an.[5]
Tidak bisa dipungkiri bahwa memang lobi-lobi politik kelompok kepentingan merupakan suatu hal yang biasa ditempuh dengan maksud agar suara ataupun keinginan kelompok kepentingan tersebut bisa terealisasi, entah itu lewat kebijakan atau undang-undang yang dikeluarkan pemerintah. Hal inilah yang menjadi salah satu cara yang ditempuh kelompok homoseksual di Amerika. Bahkan menjadi pendukung Kelompok Kiri Amerika (American Left), tokoh yang berpengaruh dalam lobi politik soal hak LGBT di Amerika diantaranya ada Tim Gill seorang milyader perusahaan software, menjadi sosok yang kental membangun strategi di tingkat nasional untuk mendukung hak-hak kaum gay LGBT. Nama lain ada David Geffen yang juga mendonasikan uangnya untuk mendukung hak-hak LGBT. Faktor penting lainnya karena semakin dikenalnya Pop Culture dan Hollywood, yang secara nyata berperan membuat 89% masyarakat Amerika saat ini menerima homoseksual sebagai hal yang normal di kehidupan seksual mereka bahkan untuk pernikahan.[6] Sudah banyak negara bagian di Amerika seperti Connecticut, Columbia, Iowa, Vermount, New Hamphire, New York, California, Nevad, New Jersey, Oregon, dan Washington memperbolehkan pernikahan sesama jenis dan memberlakukan hukum same-sex unions.[7] Belanda jauh lebih dulu melegalkan pernikahan sesama jenis di tahun 2001 lalu diikuti negara Eropa lainnya.
 Secara terang-terangan ketika pemilu Presiden Amerika di tahun 2000, baik kandidat dari Partai Demokrat dan Republik sama-sama menggunakan isu LGBT dalam kampanye mereka.[8] Hal ini cukup beralasan karena untuk menggapai pemilih-pemilih yang pro-LGBT. Fakta menarik lainnya yang membuat LGBT sangat dipertimbangkan dalam agenda politik Amerika karena fundraisers LGBT sangatlah kooperatif dalam setiap pemilihan Presiden Amerika. Contohnya saja ketika Clinton mencalonkan diri sebagai kandidat Presiden dari Partai Demokrat, pendukung LGBT yang mendukung Clinton mempu mengumpulkan dana hampir 900.000 dollar Amerika.[9] Sehingga tidak mengherankan saat ini agenda politik Amerika salah satunya yang berpengaruh ialah perlindungan HAM LGBT. Karena situasi tersebut juga sama halnya ketika pemilihan Presiden Obama, yang juga membawa isu-isu LGBT sebagai agenda politiknya karena konstituen gay dan lesbian yang mendukung Demokrat jumlahnya tidaklah sedikit.[10] Gambaran ini menunjukkan kaum gay dan lesbian bisa memiliki posisi tawar yang signifikan di perpolitikan Amerika karena pemilihnya dan isu yang dibawa di kerangkai oleh konsep HAM global.
Jika menilik di Benua Eropa, hal penting yang membuat agenda politik terkait LGBT mulai terbuka dikarenakan terbitnya aturan orientasi seksual di klause anti diskriminasi Artikel Nomor 13 di Perjanjian Amsterdam EU tahun 1990.  Artikel ini menjadi aturan hukum pertama kalinya yang secara eksplisit mengatur masalah orientasi seksual yang tidak boleh di diskriminasi.[11] Setelah adanya aturan SSU (Same-sex Unions), HAM Eropa secara keseluruhan kemudian negara-negara di Eropa mengadopsinya ke dalam agenda politik nasional mereka. UK sendiri telah mengadopsi SSU di tahun 2004. Menurut laporan dari World Values Online Integrated, persentase toleransi terhadap homoseksual di UK setelah pemberlakuan SSU meningkat yang awalnya 16% menjadi 22% di tahun 2006.[12] Sehingga memasuki abad ke-21, bukanlah hal yang aneh jika pernikahan sesama jenis menjadi agenda di Eropa dan Amerika.[13]
Dengan menggunakan konsep hak asasi manusia institusi tertentu atau bahkan pemerintah baik di Eropa dan Amerika yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk didengarkan, menempatkan isu LGBT sebagai isu krusial dalam agenda politik mereka. Hak kaum LGBT telah muncul sebagai isu penting di kancah internasional. Contoh yang terjadi di UK sebagai bukti, pada tahun 2011, Perdana Menteri Inggris David Cameron menyarankan untuk mencabut bantuan luar negeri ke negara-negara sesuai dengan kepatuhan mereka terhadap hak asasi manusia, termasuk bagaimana mereka memperlakukan orang-orang gay dan lesbian. Di media Barat, negara-negara Afrika dan Islam menjadi negara sebagai lawan agenda politik tersebut.[14]
Pencantuman isu hak gay dan lesbian pada agenda hak asasi manusia internasional telah tersebar di banyak negara di dunia. Sayangnya gerakan gay dan lesbian tidak diterima oleh masyarakat internasional secara keseluruhan. Meskipun demikian, gerakan tersebut telah mencapai keberhasilan dalam mengakses banyak negara-negara Barat dengan sistem demokrasi melalui Uni Eropa dan mampu masuk dalam agenda politik Uni Eropa. Bahkan PBB telah merilis UN Report tentang hak LGBT oleh High Commissioner for Human Rights yang disahkan tahun 2011. Yang tak boleh dilupakan pula ialah bagaimana sepak terjang LSM lokal gay dan lesbian yang meningkatkan posisi penting isu LGBT di Eropa dan dunia. Misalnya saja, LSM lokal LGBT di Eropa Tengah dan Timur yang mana telah menempatkan posisi mereka mampu di dengar dalam forum internasional dan mampu mendapatkan dukungan luar biasa dari LSM internasional.[15] Pencapaian lainnya, mereka telah memiliki institusi internasional sendiri bernama International Gay and Lesbian Youth Organization (IGLYO) yang sudah memiliki kantor permanen di ibukota Solvenia, Ljubljana.[16]Perdebatan tentang HAM LGBT tentu masih ada, namun Amerika dan Eropa menjadi bukti bahwa proses untuk menerima hak LGBT mengalami peningkatan yang sangat besar dari tahun ke tahun di berbagai bidang, baik itu kultur sosial hingga agenda LGBT yang mampu menjadi agenda politik negara-negara di Eropa dan negara bagian di Amerika.



[1] Dynes, Wayne. Stephen Donalson. 1993. History of Homosexuality in Europe and America. Penerbit: Routledge. Hal. xv-xvii
[2] https://en.wikipedia.org/wiki/Androphilia_and_gynephilia diakses pada tanggal 28 Januari 2018 Pukul 11.00
[3] Ferentinos, Susan. 2014. Interpreting LGBT History at Museums and History Sites. Penerbit: Rowman and Littelefield. Hal.77
[4] Dynes, Wayne. Hal. xvii-xix
[5] Smith, A. Reymond. Donald Markel. 2002. Gay and Lesbian Americans and Political Participation. Penerbit: ABC-CLIO California. Hal. 144 dan 155
[6] Deace, Steve. 2016. Rules for Patriots: How Conservatives Can Win Again. Penerbit: Newyork Post Hill Press. Hal. 16
[7] Brym. J. Robert. John Lie. 2012. Sociology: Pop Culture to Social Culture. Penerbit: Wadsworth USA. Hal. 245
[8] Smith, A. Reymond. Hal. 148
[9] Ibid. 160
[10] Harris, Frederick. 2012. The Price of Ticket: Barack Obama and The Rise and Decline of Black Politic. Penerbit: Oxford University Press. Hal.-
[11] Kollman, Kelly. The Same Sex Unions Revolution in Western Democracy: International Norms and Domestic Change. Penerbit: Oxford University Press. Hal 77
[12] Kollman, Kelly. Hal. 80
[13] Bardes. A Barbara, dkk. 2016. American Government and Politics Today. Penerbit: Cengage Learning USA Hal.381
[14] Evans, Mary. Dkk. 2014. The SAGE Handbook of Feminist Theory. Penerbit: SAGE Publishing. Hal. 298
[15] The Fletcher Forum of World Affair, 1998. Volume 22. Hal. 81
[16] Sears, T. James. 2005. Youth, Education, and Sexualities. Penerbit: Greenwood Publishing Group. Hal. 308

1 komentar:

  1. taruhan berlaga adu ayam online s128 filipina
    Tersedia 3 Jenis Taruhan Sabung Ayam Live
    Sabung Ayam S128 - SV388 - CFT2288 (KUNGFU)
    Raih Kemenangan Anda Bersama Kami...
    Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
    WA: +628122222995

    BalasHapus